Entri Populer

Sabtu, 16 Oktober 2010

“GAS-GAS PENYEBAB EFEK RUMAH KACA”


I.            Pendahuluan
PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING)
Awal mula pemanasan global
Pemanasan global bermula dari Revolusi Industri pada akhir abad ke-18. Revolusi Industri adalah perubahan pola produksi yang dulu menggunakan tenaga manusia (pekerja) menjadi menggunakan mesin dan teknologi (industri). Tujuan dari Revolusi Industri ini adalah untuk mencapai keuntungan yang lebih besar, karena penggunaan mesin dianggap lebih efisien dari pada menggunakan tenaga manusia. Sejak saat itu juga bahan bakar fosil mulai digunakan secara intensif. Misalnya, untuk membajak sawah sebelum Revolusi Industri menggunakan sapi atau kerbau, setelah Revolusi Industri mulai menggunakan traktor.
Tetapi dibalik kemajuan yang diimpikan melalui Revolusi Industri ada masalah baru yang akan timbul, yaitu pemanasan global, karena setiap mesin yang digunakan akan menghasilkan gas buangan dari hasil pembakaran yang menimbulkan polusi (emisi gas rumah kaca).

Kenapa bisa terjadi pemanasan global?
Seperti telah disebutkan di atas penyebab utama pemanasan global adalah gas rumah kaca. Selama ini mungkin banyak salah persepsi mengenai efek rumah kaca. Banyak orang yang mengira bahwa efek rumah kaca disebabkan oleh bangunan yang menggunakan banyak kaca, sehingga cahaya matahari terpantul dan melubangi atmosfer, namun bukan seperti itulah efek rumah kaca yang sebenarnya.
Inilah mengapa sering terjadi kesalah pahaman di antara kita bahwa efek rumah kaca adalah disebabkan oleh adanya rumah-rumah kaca yang terlalu banyak di perkotaan, tapi lebih dikarenakan oleh emisi karbon yang terlalu banyak di angkasa, sehingga menyulitkan panas memantul kembali ke luar angkasa. Gas-gas seperti uap air, karbon dioksida, dan metana berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca, sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Orang yang pertama kali menyingkap fenomena efek rumah kaca ini adalah Jean-Baptise Joseph Foureurer sebagai ahli fisika dan matematika dari Perancis. Penemuan Fourier ini diteruskan oleh seorang fisikawan Swedia yang bernama Svante Arrhenius pada tahun 1894.
Efek rumah kaca berarti efek yang ditimbulkan oleh rumah kaca. Nah, bagaimana efek rumah kaca? Sebenarnya rumah kaca dimanfaatkan oleh petani untuk menanam jenis tanaman yang membutuhkan panas lebih atau menanam pada musim dingin, karena kaca dapat meneruskan cahaya (panas), dan mengurung panas tersebut dalam rumah kaca, sehingga panas di dalamnya akan dapat dikendalikan. Tanaman-tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca ini akan tetap hidup dan tidak mati membeku oleh pengaruh musim dingin karena kaca akan menghalangi panas matahari yang masuk dan memantulkan kembali keluar. Rumah kaca ini bisa digunakan untuk pembibitan dan berfungsi untuk menghangatkan tanaman yang berada di dalamnya. Rumah kaca ini sendiri sudah ada sejak abad ke-16 di Eropa dan biasa digunakan untuk membudidayakan mawar, lobak, sawi, brokolo, atau tanaman lainnya di musim dingin.
Lalu apa hubungannya dengan pemanasan global? Dalam hal ini bumi kita analogikan sebagai rumah kaca dan kacanya adalah gas rumah kaca. Apa itu gas rumah kaca? Gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat memerangkap panas, gas yang dapat menyerap panas.

Apa itu Efek Rumah Kaca ?
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Yang belakang diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.

Dampak Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca yang berlebihan yang ditingkatkan oleh konsentrasi gas rumah kaca yang semakin tinggi akan membahayakan manusia. Efek rumah kaca yang semakin parah karena polusi udara ini akan menimbulkan terjadinya pemanasan global. 
Dalam Anonimus e (Tanpa tahun) dinyatakan bahwa menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO₂ di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Bumi secara konstan menerima energi, kebanyakan dari sinar matahari tetapi sebagian juga diperoleh dari bumi itu sendiri, yakni melalui energi yang dibebaskan dari proses radioaktif (Holum, 1998:237). Sinar tampak dan sinar ultraviolet yang dipancarkan dari matahari. Radiasi sinar tersebut sebagian dipantulkan oleh atmosfer dan sebagian sampai di permukaan bumi. Di permukaan bumi sebagian radiasi sinar tersebut ada yang dipantulkan dan ada yang diserap oleh permukaan bumi dan menghangatkannya.
Akibat yang ditimbulkan
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Dengan adanya pemanasan global pada tahun 2100 permukaan laut diperkirakan akan 38-55 cm lebih tinggi dari sekarang.
Apakah Efek Rumah Kaca Selalu Merugikan ?
Efek rumah kaca tidak merugikan apabila tidak berlebihan. Secara alami efek rumah kaca sangat penting karena bumi menjadi cukup hangat sehingga dapat mendukung kehidupan manusia. Tanpa efek rumah kaca, kehidupan manusia di muka bumi akan terganggu karena suhu rata-rata bumi akan berkisar -20°C. Menurut Petrucci dan Harwood (1997) efek rumah kaca penting untuk menetapkan suhu yang layak bagi kehidupan di bumi. Tanpa efek rumah kaca, bumi secara permanen akan tertutup es dan perbedaan suhu antara siang hari dan malam hari di bumi tidak terlalu jauh berbeda.
               
II.            Gas-Gas Penyebab Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir. Ada 6 senyawa gas rumah kaca yang disepakati dalam Protokol Kyoto, yaitu :
1.      Karbondioksida (CO₂)
Kenaikan konsentrasi gas CO₂ ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
2.      Metana (CH₄)
merupakan insulator (zat penyerap, tidak menghantarkan, isolator) yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi (penambangan, pengeboran) dan transportasi (pengolahan) batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. Gas ini efeknya lebih parah daripada CO₂, tetapi jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding CO₂, sehingga dampaknya tidak sebesar CO₂.
3.      Nitrogen Oksida (N₂O)
adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen dioksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
4.      Chloro-Fluoro-Carbon (CFC)
CFC atau yang disebut sebagai Freon. Gas ini dihasilkan oleh pendingin-pendingin yang menggunakan freon, seperti kulkas, AC, dll. Gas ini selain mampu menahan panas juga mampu mengurangi lapisan ozon, yang berguna untuk menahan sinar ultraviolet masuk ke dalam bumi. CFC ini menyerang Ozon, akibatnya kandungan Ozon di angkasa menipis dan mengakibatkan lubang di kutub utara dan selatan, sehingga UV (ultraviolet) mampu menerobos masuk ke atmosfer dan menyebabkan terjadinya radiasi.
5.      Hidro-Fluoro-Carbon (HFCs)
HFCs ini juga disebut sebagi Freon. Gas ini juga dihasilkan oleh pendingin-pendingin yang menggunakan freon, seperti kulkas, AC, juga terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan dan dapat menimbulkan pemanasan global.
6.      Sulfur Heksafluorida (SF₆)
Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.




Selain keenam gas rumah kaca itu ada juga gas rumah kaca lainnya seperti :
1.      Uap Air
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO₂. Perubahan dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan. Uap air ini dapat menjadi sebuah ‘lingkaran setan’, karena dengan semakin meningkatnya suhu bumi, maka air (laut, danau, dll) akan semakin banyak yang menguap dan menambah jumlah uap air di atmosfer, dengan kondisi demikian suhu bumi pun akan semakin meningkat, karena uap air juga merupakan gas rumah kaca.
2.      Nitrogen triflorida (NF3)
NF₃ bersumber dari teknologi layar flat-panel. Penelitian terbaru menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek gas NF3 semakin meningkat di luar perkiraan. Kadar nitrogen triflorida di udara diperkirakan meningkat empat kali lipat beberapa tahun terakhir dan 30 kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut hanya menyumbang 0,04 persen dari total efek pemanasan global yang disebabkan oleh karbon dioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai semacam pembersih pada industri manufaktur televisi dan monitor komputer serta panel.
Nitrogen triflorida yang dihitung dengan skala bagian per triliun di udara selama ini memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor geofisika Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal untuk mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang diremehkan mengingat jumlahnya yang tak terlalu besar.
Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas yang lebih berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas daripada karbon dioksida.
3.      Sulfur dioksida (SO₂)
4.      Nitrogen monoksida (NO)
III.            Apa yang bisa kita lakukan?
Untuk mencegah peningkatan efek rumah kaca kita harus dapat berupaya mengurangi pencemaran udara. Usaha ini akan percuma saja bila kita lakukan sendiri saja. Kita harus bekerja sama dengan berbagai kalangan masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkannya.
Sampai saat ini pemerintah, pengusaha, dan masyarakat umum tidak menyadari adanya krisis lingkungan yang mengancam terjadinya keambrukan negara bahkan dunia. Lingkungan hidup masih dianggap sebagai isu yang marjinal dan dipandang sebelah mata. Karena itu usaha pertama dan utama yang bisa dilakukan adalah menumbuhkan kesadaran lingkungan dan mengubah pembangunan menjadi pembangunan berwawasan lingkungan. Menurut Setiono, Masjhur, dan Alisyahbana (1998: 49) salah satu usaha untuk mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan adalah dengan eko-efisiensi. Eko-efisiensi memiliki dua prinsip. Prinsip pertama adalah memaksimumkan layanan ekologi lingkungan dan prinsip kedua adalak meningkatkan penggunaan bahan baku.
Pelaksanaannya misalnya dengan, meningkatkan pemanfaatan sumberdaya tak terbaharukan (air dan sinar matahari). Dengan demikian akan mengurangi kebutuhan energi BBM dan listrik PLN. Penggunaan energi tak terbaharukan itu dapat mengurangi anggaran belanja subsidi pemerintah dan bersifat bersih (tidak mencemarkan).
  • Penggantian CFC dengan teknologi yang tidak merusak ozon, sesuai dengan protokol Kyoto. Penggantian itu juga dapat mengurangi ketergantungan kita pada teknologi luar negeri dan valuta asing.
  • Menggunakan predator alami untuk membasmi hama tanaman.
  • Pemberdayaan taman kota
  • Dalam rumah tangga dibiasakan melakukan penghematan energi. Dan mengurangi sampah.
  • Memperbanyak dan memperbaiki kualitas kendaraan umum sehingga mengurangi keberadaan kendaraan pribadi tang secara tidak langsung dapat membantu mengurangi pencemaran udara.
  • Membiasakan bersepeda seperti yang telah diterapkan di Jepang, Jerman dan Belanda.

7 komentar:

  1. kita juga punya nih artikel mengenai 'GAS RUMAH KACA', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
    http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3143/1/PESAT%202005%20_ekonomi_008.pdf
    terimakasih

    BalasHapus
  2. mas saya minta referensiny darimana anda menulis artikel diatas saya minta tolong untuk pembuatan karya tulis saya

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Yang harus dilakukan dalam menurunkan gas rumah kaca adalah memberi kesempatan pemangsa GRK untuk hidup dan bangkit secara seimbang dan diaktualkan dalam bentuk kegiatan. Cara ini dapat dilakukan dengan cara:
    1. Memprogramkan dan mengaktualkan dalam mengurangi atau melarang perkembangan kegiatan kawasan yang merusak pencerna GRK (gas rumah kaca) untuk hidup berdampingan atau bersama-sama .
    2. Memanfaatkan pembangkit atau pencetus GRK menjadi bukan GRK untuk dapat meningkatkan pendapatan serta mampu menyerap tenaga kerja dalam program atau kegiatan yang betul-betul nyata.
    3. Mensosialisasikan produk pembangkit dan atau pencetus GRK kepada masyarakat agar dapat dimanfaatkan secara sempurna.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus